TIRANI 65
Karya Alby Senjaya
Di hari Selasa
Payung hitam bersayup pandangan bertanya
“Di mana revolusioner kami?”
Dibalik pusara! Jawab seorang anak pertiwi
Dalam sebuah bayang revolusi baru, menjelma menjadi parodi
Oh..
Sejarah malam berdarah
Pemberontakan, pengancaman, pembantaian
Menjadi pemandangan wisata
Kudeta revolusi bapak makan anak
Persaingan politik yang bercabang
Pemimpin yang dilema dalam kebijaksanaan
Kontes perang dingin
Fitnah kudeta yang dibayar mati
Pengguncang dibungkam oleh pecundang
Penuntas diretas perampas
Pelopor haknya digerus
Penuai dan penanam asa ditikam dan dianiaya
10 pahlawan revolusi berkorban menyadarkan
Di hari Selasa
Sejarah kelahiran menjadi sejarah parade kepiluan
Selirih kudengar suara dari pusara abdi negara
“Bunda..
Malam itu mulut kami dipaksa berbicara
Semangat juang kami dipaksa bungkam
Tubuh kami dihunjami pukulan
Tengkuk kami ditusuk pisau
Peluru partai mengoyak lapisan jangat kulit kami
Dipaksa berakhir atas tuduhan pengkhianatan
Bunda.. Biarkan kami pergi, nama kami abadi
Bunda.. Jangan tangisi jasad kami
Bunda.. Kebenaran, kejujuran, keadilan tidak pernah mampu dimusnahkan dalam peradaban
Tidak peduli caci maki
Tidak gentar intimidasi bui
Tidak takut gertakan mati
Bunda..
Telur darah bakti peduli
Atas kebenaran yang difitnah serong kiri
Atas keadilan yang dibayar mati
Atas kejujuran yang dikelabui
Bunda..
Telur darah bakti paham
Mereka tidak akan diam
Mereka siap menetas
Tidak gemetar melawan kekejian
Tidak kisut menengkari kefasikan
Tidak memaafkan kemungkaran
Bunda..
Abdi kami tidak mati
Perjuangan kami telah bereinkarnasi
Mereka ada!
Ratusan, ribuan, jutaan telur siap menetas demi masa emas
Bunda..
Di akhir, pemenang akan menulis sejarah
Dan kami telah abadi dalam bagian tubuh sejarahmu
Bunda..
Doa kami dari sumur tua untuk negeri tercinta.
Komentar